IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan IPTEK di zaman ini semakin terasa pesat
dan diperlukan manusia. Perkembangan IPTEK merupakan hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK.
Manusia modern sudah sangat bergantung kepada
produk-produk IPTEK. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa
menggunakan produk-produk IPTEK. Keperluan hidup harian manusia
modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat
transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan
semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari produk IPTEK
Kita mengakui bahwa IPTEK memang telah
mengambil peranan penting dalam pembangunan tamadun atau peradaban material
manusia. Penemuan-penemuan IPTEK telah memberikan bermacam-macam
kemudahan pada manusia. Dan Islam berperan penting dalam perkembangan IPTEK, bahwa
Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEK,
bagaimana pun juga bentuknya. IPTEK yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan IPTEK yang tidak boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Dengan IPTEK
dalam Islam, kita perlu mengembangkan potensi dan memanfaatkan sumber daya alam
dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-sunnah sebagai rasa syukur
kita terhadap sumber daya alam yang beranekaragam diciptakan untuk kita semua.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian IPTEK dan seni?
2.
Bagaimana integrasi iman, ilmu, teknologi dan seni dalam Islam?
3.
Apakah
keutamaan orang yang berilmu?
4.
Apakah
tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian IPTEK dan Seni.
2.
Mengetahui
pandangan Islam terhadap integrasi
iman, ilmu, teknologi, dan seni.
3.
Mengetahui peran utama orang yang berilmu.
4.
Mengetahui
tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
IPTEK dan Seni
2.11
IPTEK
Definisi IPTEK sebagai singkatan dari Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi adalah sesuatu yang sangat berkaitan dengan
teknologi. Dalam sudut pandang
filsafat ilmu, ilmu dengan pengetahuan sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, disistemasi dan di interpretasikan sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui oleh manusia
baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman maupun firasat. Jadi Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh
akal. (Saifulloh,2009).
Teknologi
adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi
dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang
menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan.
Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status pengetahuan
kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi
produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi).
Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan
teknik kita meningkat.
Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki
karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak
netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di
sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat
membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam pemikiran
Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh
dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam
pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat
kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang
bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi,
karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi
manusia,maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains
dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban, bahkan mengatur
umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi
di akhirat kelak.
Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah
pernah bersabda bahwa untuk hidup bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu
dan untuk hidup bahagia di akhirat pun manusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia
di dunia dan di akhirat, manusia juga memerlukan ilmu. Jadi kita harus menuntut
ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan
di akhirat. Atas dasar itulah Islam mewajibkan menuntui Ilmu. Rasulullah SAW
pernah bersabda:
“Menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr)
Bahkan dalam Islam
menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu tertentu, ilmu
mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh
Rasulullah dengan sabdanya :
“Tuntutlah ilmu
dari dalam buaian hingga ke liang lahad”
Pesatnya perkembangan
Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil dari
perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah
menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu
memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone,
internet dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada
masa yang (hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih
lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan bumi atau di angkasa dekat
permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di seluruh dunia dalam masa
yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi, perkembangan dalam bidang lain
pun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga,
bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui
bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam
pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia. Allah berfirman dalam Al
Qur’an surat Al Imron 190-191 :
Artinya:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Dari
ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan
sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran,
kehebatan dan keagungan Nya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran
dan keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha
hebat lagi Allah yang menciptakannya.
2.12 Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan.
Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang
sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai keTuhanan tidak akan
abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.
Seni adalah sebuah
keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh kedalam jiwa seseorang. Jadi,
apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahan yang begitu dalam dan membuat
kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat menangkap arti
kata seni dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua
orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda.
Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang
Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART”
(artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan. Pandangan Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang
dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di
Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian
dan keindahannya.
Allah
berfirman dalam surat Al-Qaaf ayat 6 :
Artinya: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun
retak-retak?” [QS 50: 6].
2.1
Integrasi
Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni
Dalam
pandangan Islam ,antara agama,Ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yg
disebut dinul Islam.
Di
dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak(iman
,ilmu, dan amal shalih).
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat
Ibrahim (14:24-25)
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg
baik(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke
bumi)dan cabangnya menjulang ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap
musim dg seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu agar
manusia selalu ingat.
Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang
pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang
tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan
dahan-dahan/ cabang-cabang
ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan
teknologi dan seni.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada
Allah akan memberikan jaminan kebaikan bagi kehidupan umat manusia termasuk
bagi lingkungannya. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan
bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan
alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. (M.
Saifulloh, 2009).
2.3 Keutamaan
Orang yang Berilmu
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan karena dibekali
dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalah akal, dengan
akal manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Bagi orang yang berakal dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan
ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab (Qs. Ali imron:190)
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Tentang keutamaan orang yang berilmu, di
dalam Al-Qur’an surat Al Mujadalah:11, Allah menjanjikan akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah
berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika
manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah, manusia harus
berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuannya
dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.
Dan kelebihan mereka yang beriman lagi berilmu
dibandingkan orang yang beriman tapi tidak berilmu sangat nampak dalam hadits Abu
Ad-Darda` di atas yaitu:
1.
Dia akan dinaungi oleh para malaikat dengan
sayap-sayap mereka.
2.
Segala sesuatu akan memintaampunkan dosanya kepada
Allah mulai makhluk yang berada di bawah lautan sampai makhluk yang ada di atas
langit (para malaikat).
3.
Dia diibaratkan sebagai bulan yang menerangi alam
semesta, sementara orang yang hanya beriman tapi tidak berilmu hanya
diibaratkan sebagai bintang yang hanya menerangi dirinya sendiri.
4.
Mereka adalah pewaris para nabi, dan cukuplah ini menunjukkan
keutamaan mereka.
5.
Dia bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain, yang
dengannya pahala akan terus mengalir kepadanya -sampai walaupun dia telah meninggal-
selama ilmu yang diajarkan masih diamalkan oleh orang-orang setelahnya.
Dan kelima perkara ini tidak akan didapatkan oleh
orang yang hanya beriman tapi tidak berilmu (ahli ibadah). Karenanya sangat
wajar sekali kalau Allah tidak menyamakan kedudukan orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu karena mereka adalah mujahid yang memperbaiki dirinya,
memperbaiki orang lain, dan melindungi agama Allah dari setiap perkara yang
bisa merusaknya, berbeda halnya dengan ahli ibadah yang kebaikannya hanya
terbatas pada dirinya.
Bahkan
dalam ayat lain Allah memberikan penghargaan secara khusus kepada orang-orang
berilmu dalam firmanNya surat Az Zumar: 9
Artinya
: "Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima
pelajaran"
Imam Az Zamakhsyari mengutip sejumlah
hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang berilmu dari orang-orang yang
tidak berilmu.
"Jarak antara seorang alim (orang
yang berilmu) dan seorang abid (tukang ibadah yang tidak berilmu) adalah
seratus derajat/tingkat. Jarak diantara dua tingkat itu adalah perjalanan kuda
selama 70 tahun" (HR Abu Ya'la dan Ibnu Adi).
"Keutamaan seorang alim atas
seorang abid bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh
bintang-bintang" (HR Ashabu as-Sunan)
"Pada hari kiamat nanti ada tiga
golongan yang akan memberi syafa'at, para nabi, lalu para ulama, lalu para
syuhada" (HR Ibnu Majah, Abu Ya'la, Ibnu Adi, al Aqili dan al Baihaqi).
Kata Az Zamakhsyari, agungnya martabat
orang-orang berilmu berdasarkan kesaksian Rasulullah adalah berada diantara
para nabi dan para syuhada. Kini jelaslah bahwa ilmu menjadi sebab naiknya
derajat seseorang, bukan nilai rapor, gelar-gelar akademis, ijazah atau
sertifikat.
Jadi agama dan ilmu pengetahuan,
dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Keduanya saling membutuhkan, saling
menjelaskan dan saling memperkuat.
Maka dari itu, kita harus
menguasai IPTEK, dan memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan
martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran
IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri.
IPTEK akan bermanfaat apabila (1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat
membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan
pedoman bagi sesama, (4) dapat menyelesaikan persoalan umat.
2.4 Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai
‘abdun’ (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah dibumi. Esensi “abdun’ adalah
ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah
sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Keengganan
manusia menghambakan diri kepada Allah swt sebagai pencipta akan menghilangkan
rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal dan
keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah kehambaan
kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya.
Allah
berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8
Dengan
kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai
alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan
bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah, serta
berfungsi sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi agar manusia mampu mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat
tinggalnya. Sehingga manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali
sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, akan tetapi
manusia juga harus dapat menyadari terlebih dahulu bahwa potensi sumber daya
alam akan habis terkuras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari
Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk
kepentingan umat manusia.
Untuk
menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memadai. Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah
tangan manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjanjian
kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas unuk
menjaga dan melestarikan alam ini.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak
akan mengeksploitasi alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan
primernya bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu saja. Untuk itu dalam melaksanakan
tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk
memilih dan berkreasi sekaligus untuk menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya
sebagai makhluk psikofisik. Namun ia akan sadar akan keterbatasannya yang
menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt baik dalam konteks
ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung maupun dalam kontes
ketaatan terhadap sunnatullah “hukum alam” perpaduan antara ibadah dan khalifah
akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang selamat di dunia dan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat yang
sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji
ulang secara ilmiah.
Teknologi dibuat atas dasar ilmu
pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Pada mulanya, teknologi
tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si pencipta teknologi tersebut.Bila sebuah
teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang baik, maka tidak akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga teknologi tersebut dapat bermanfaat
bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai macam teknologi yang ada, harus
mampu dalam menganalisis dampak positif dan
dampak negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut. Pengembangan IPTEK
yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi
manusia dengan segala prosesnya serta merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil
ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni
identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Seni
yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah
hawa nafsu bukan akal dan budi.
Dalam
pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang
disebut Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan
akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.
Bagi
orang-orang yang berilmu, Allah menjanjikan akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah
berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika
manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah, manusia harus
berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuannya
dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.
Fungsi
utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran
dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan
petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya
kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh
nafsu amarah. Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar
terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
3.1 Saran
v Dalam
penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai
positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
v Dalam
penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan
kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di mana
populasi-populasi berada.
v Sebagai
manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu
memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak
menjadi suatu yang mudharat.
v Dalam
suatu penciptaan sebuah teknologi, lebih baik tidak ada sesuatu yang
disembunyikan dalam segala sesuatu tentang teknologi tersebut. Baik dari segi
proses penciptaannya, tujuan penciptaannya, dan lain sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
kk minta filenya mohonn,,, terimakasih
BalasHapus